Purworejo Produksi Biodiesel Nyamplung

Tak sengaja melihat tanyangan di Ochannel, TV lokal Jakarta tentang ujicoba bahan bakar Biodiesel dari buah Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) di Purworejo. Menarik, di tengah pro- kontra tentang rencana menaikkan harga BBM oleh pemerintah, pemanfaatan energi alternatif menjadi salah satu solusi.

Buah Nyamplung memang banyak terdapat di pesisir selatan Kabupaten Purworejo. Waktu kecil, buah ini sering menjadi mainan, sebagai pengganti kelereng, untuk peluru ketapel, kalau anak perempuan buat pengganti telur dalam permainan pasar-pasaran. Kayunya yang liat juga biasa dipakai sebagai bahan baku furniture atau rangka pintu.

Ternyata, Biodiesel Nyamplung sudah diujicoba untuk menjalankan kendaraan berkeliling wilayah DIY dan Jawa Tengah. Kompas.com menuliskan, pada 5-7 maret 2012 lalu, sudah dilaksanakan tes perjalanan sepanjang kurang lebih 750 kilometer tersebut melintasi Jawa Tengah-Yogyakarta melalui rute Purworejo-Semarang melewati Kebumen-Cilacap-Banyumas-Purbalingga-Banjarnegara-Temanggung-Semarang. Selanjutnya Semarang-Yogyakarta, yaitu Gunung Kidul-Kulon Progo-Bantul-Purworejo. Dari sekitar 7 mobil, dua di antaranya menggunakan biodiesel Nyamplung.

Bupati Purworejo, Mahsun Zain berharap, dengan tes tersebut akan semakin mempromosikan penggunaan bahan bakar biodiesel nyamplung di kalangan masyarakat. Terlebih, bahan bakar tersebut relatif lebih ramah lingkungan karena kandungan emisinya yang rendah.

”Pengembangan bahan bakar biodiesel nyamplung merupakan salah satu program pemerintah Indonesia dalam menyikapi kelangkaan energi di masa yang akan datang dengan program Desa Mandiri Energi,” jelasnya (kompas.com)

Tahun ini Kabupaten Purworejo menargetkan setiap bulan akan memproduksi 6.000 liter biodiesel Nyamplung. Kepala Bidang Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo Argo Prasetyo mengemukakan, target produksi tersebut dapat tercapai dari hasil panen 100 hektar tanaman nyamplung dari lahan milik Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Selatan dan 50 hektar tanaman nyamplung dari hutan rakyat. Jumlah tanaman dari areal tersebut berkisar 130.000 batang.

”Agar produksi benar-benar optimal dan target produksi dapat tercapai, kami pun terus berupaya menambah jumlah tanaman,” kata Argo, Senin (5/3/2012) di Purworejo (kompas.com).

Rencananya produksi biodiesel Nyamplung, akan dimulai bulan ini di unit pengolah biodiesel Nyamplung yang berada di Desa Patutrejo, Kecamatan Grabag. Sebelumnya, unit pengolah biodiesel nyamplung yang didirikan Kementerian Kehutanan pada tahun 2009 ini tidak beroperasi selama tiga tahun.

Belakangan, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu Opak, Pemerintah Kabupaten Purworejo, Perhutani KPH Kedu Selatan, bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM) Relung dan CV Cahaya Khatulistiwa merevitalisasi pabrik dan akhirnya memulai kembali produksi biodiesel nyamplung pada tahun 2012 dengan produksi awal sekitar 1.000 liter.

Ada yang tahu dengan acara ini? Ditunggu komentar dan tambahan infonya. Mari, kenalkan Purworejo ke seluruh dunia.

Sumber: http://biofuelindonesia.blogspot.com

Share this article :

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Saat Berbagi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger